Archives

Post

KIRAP PERINGATAN 100 HARI WAFATNYA GUS DUR “FESTIVAL???”



Sabtu (3/4/2010), hujan rintik-rintik dan mendung gelap gulita. Saat itu menunjukkan pukul 13.45 WIB di desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas. A lot of people, ibu-ibu yang menenteng payung, mbak-mbak dan mas-mas dengan dandanan necis, serta adik-adik kecil yang memancarkan kebahagian di wajahnya. Soo… antusias!! Orang-orang itu berdatangan dari daerah “miajeng kulon”, “miajeng lor” (daerah2 di desa Tamiajeng yang jarang dilewati karnaval:P), bahkan dari Desa Selotapak (paling jarang dilewati karnaval, ever>.<) yang hendak menyaksikan KIRAP PERINGATAN 100 HARI WAFATNYA GUS DUR, yang tentu saja melewati daerah “miajeng wetan” (that is my place!!rutenya karnaval ever>.< hohohohohoho). Orang-orang tersebut mulai berkerumun di pertigaan Musalla Baitus Salam, dan di perempatan Pasar Siman. Dengan membawa kamera digital, saya juga turut bergabung dengan kerumunan ibu-ibu di dekat perempatan. Ibu-ibu berkumpul, it means… nggosip time^^. Dan topic terhangat sore itu adalah perihal kematian seorang remaja SMA pada malam sebelumnya. So sad, he was so young, baru kelas 1 SMA. Without no offense, but, ceritanya cukup menarik juga. But, so sorry, liputan ini tidak ditujukan untuk menceritakan berita kematian. Hehehhehehhehe:P
Okey, sudah hampir lewat satu jam, dan kirab belum juga lewat. Hujan mulai mengundang. Tapi orang-orang masih terus berdatangan. Antusiasme yang hebat dari warga Tamiajeng dan sekitarnya^^. Bantengan!! Atraksi kebanggaan warga Trawas adalah pemacu antusiasme ini I guess. Tidak tanggung-tanggung ada 3 pencak silat yang akan beraksi di kirab kali ini. Selain itu 5 drum band junior dari SD dan MI di Kecamatan Trawas dan tak ketinggalan Drum Band Sunan Ampel juga turut memeriahkan kirab. It so interesting!! Akhirnya adhan asar dikumandangkan, dan kirab belum juga menampakkan tanda-tanda kedatangannya. 15 menit kemudian terdengar bunyi terompet dan drum dipadu dengan irama key board mulai terdengar. Orang-orang segera berhamburan memadati jalanan di perempatan Pasar Siman. Macet, off course!! But who cares?!! It show time!! So..bagi teman-teman yang belum sempat menyaksikan kirab pada hari itu, here there are, several pict that I got for u;)


  
Di buka dengan MI Setia Bakti, starter drum band junior di Kecamatan Trawas^^

  
MI Al-Huda Kesiman di barisan berikutnya..

  
Just for information, mayoret yang pake baju ungu di atas, imut-imut dan manis sekali>.< tapi kenapa bajunya harus senorak itu?!!! WHY>.<

  
SD-ku….hooooo^^
  
Ketapan Rame menutup iringin-iringan Drum Band juniorJ

  
Drum band Sunan Ampel…dari jaman saya masih lucu-lucunya sampai jaman globalisasi masih eksis!! Salut^^
Iring-iringan drum band ini sangat menghibur masyarakat yang sudah lama menunggu di bawah rintik hujan (untung pas kirabnya datang sudah reda^^). See, ada sebuah bayi lucu yang dengan antusiasnya menari-nari. Hohohohohohoho
Okey, puncak pertunjukkan yang ditunggu-tunggu berada di belakang rombongan Drum Band Sunan Ampel. Secara otomatis para penonton yang memadati badan jalan minggir ke rumah dan toko-toko di sekitar perempatan. Ya… tidak ada yang ingin jadi sasaran amuk “bantengan”!! Dan inilah banteng-banteng kekar yang katanya… merupakan Barongsai versi Jawa. Hohohohohoho
  




Bagi pembaca yang belum pernah melihat aksi bantengan, silakan disimak pada gambar di atas.  Pertama-tama, bantengan datang dengan dimainkan 2 orang yang bertugas sebagai kepala dan ekor banteng, sama seperti pada barongsai. Para pengiringnya, membawa cemeti (pecut) bertugas “mengadu” dan mengendalikan banteng-banteng tersebut. Dengan irama mistik, suara lecutan cemeti, unsure gaib, (dan mungkin karena kepanasan di dalam kostum bantengan;P) kedua pemain yang berada di dalam bantengan tersebut akan kesurupan dan jadilah pertunjukan “bantengane ngamuk!!”  Pada gambar terakhir dapat dilihat pemain yang kesurupan dikeluarkan dari kostum bantengan untuk disadarkan oleh “Pawang bantengan”
Ya, pertunjukan bantenganpun berakhir saat sang pemain sudah kesurupan. Biasanya tidak makan waktu lama, bahkan pada kirab kemarin, tidak kurang dari 3 menit, para pemain bantengan itu sudah kesurupan dan pingsan. Pertunjukan yang aneh, tapi itulah budaya, dan disanalah terletak unsur seninya. Suasana mistik, amarah, panic, sangat singkat, dan aneh. But we love it so much. Hohohohohohohohhoho
Okey, demikianlah liputan KIRAP PERINGATAN 100 HARI WAFATNYA GUS DUR dari Desa Tamiajeng. Moment-moment berikutnya akan kembali diliput secara menarik oleh other Trawasian. Berkunjunglah ke Trawas, daerah pegunungan yang tentram dengan semua keanehan dan keunikannya, you must be love it^^ trust me;)

Durrotul Ain's Post