Archives

Post

Melihat Tradisi Ancak Sedekah Bumi di Desa/Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto Yang sempat Selama Menghilang 13 Tahun













Dijadikan Ajang Mempererat Warga Serta Ucapan Syukur

Meski Sempat hilang selama tiga belas tahun, tradisi sedekah bumi masih melekat di masyarakat Dusun/Desa/Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Tradisi mensyukuri keberhasilan panen dengan mengarak makanan keliling kampung akhirnya diselenggarakan. Bagaimanakan Prosesi tradisi yang diberi nama Tradisi Ancak tersebut?



AIRLANGGA, Trawas


Hingar Bingar Musik tradisional terdengar di jalan aspal Desa/Kecamatan Trawas Rabu (10/6) siang sekitar pukul 11.00. Ratusan warga yang sudah berkumpul sejak pagi tidak sabar melihat arak-arakan peserta tradisi Ancak ini. Meski panas matahari mulai menyengat, namun warga tetap bertahan untuk memenuhi rasa penasaran mereka. Panas seolah menjadi kawan para warga untuk menyaksikan tradisi desa mereka.
Tidak beberapa lama, arak-arakan peserta tradisi ancak pun mulai berkeliling melintasi jalanan desa untuk menyapa warga. Kontan saja warga yang melihat arak-arakan ini tersenyum, bahkan diantaranya tertawa lepas. Di barisan depan, kesenian Bantengan dipertontonkan. Kesenian khas itu seakan meluapkan kegembiraan masyarakat yang berbondong-bondong mengikuti jalannya arak-arakan ancak atau aneka panganan yang merupakan simbol ungkapan rasa sukur warga atas kemakmuran desa.

Dua banteng hitam yang berada dibarisan depan melakukan tarian yang mengundang decak kagum para penonton. Empat pemuda yang mengenakan kostum banteng berwarna hitam seolah-olah mengamuk menuju arah penonton. Saat momen tersebut, penonton terutama perempuan kontan teriak histeris. Seolah menggoda penonton perempuan, kedua banteng yang terlihat kesurupan terus mendatangi penonton hingga menimbulkan suara jeritan. Beberapa pemuda seolah-olah memegangi kepala kedua banteng mencegah banteng masuk ke arela penonton. Atraksi tersebut seolah-olah banteng memang sedang mengamuk sehingga membuat beberapa pemuda menenangkan kedua banteng jadi-jadian tersebut.Jalanan desa yang beraspal itu sempat macet tatkala dua banteng jadi-jadian yang berawakkan empat pemuda berbadan besar itu mulai mengamuk. Dua banteng warna hitam itu beradu di tengah alunan musik tradisional yang renyah terdengar. Beberapa orang dalam barisan Bantengan itu mencoba melerai dua banteng yang dalam kondisi tidak sadarkan diri. Setelah dilerai beberapa orang setelah mengamuk, kedua banteng terus melanjutkan perjalanan mengelilingi kampung. Meski terkesan menakut-nakuti, namun warga tampak menikmati pertunjukan kedua banteng tersebut.Di barisan kedua, tampak tiga ancak yang digotong beberapa orang. Jajanan pasar dan hasil bumi yang ditata apik itu menggambarkan betapa masyarakat dusun setempat gemar bersyukur dengan menyisihkan sebagian rezeki mereka dalam momen ini. Makanan yang berada di ancak tersebut terdiri dari pisang dan empat rengginang serta beberapa jajan pasar dan buah-buahan.Makanan-makanan ini mempunyai arti tersendiri, pisang bagi masyarakat setempat disimbolkan sebagai orang yang selalu bermanfaat untuk orang lain sebelum meninggal. Sedangkan rengginang, makanan yang berbahan baku ketan dibentuk seperti tanduk ini melambangkan sebuah kerja keras dalam bertani. Empat rengginang yang menjulur keatas ini melambangkan empat tanduk kerbau yang biasa dipakai membajak sawah. Barisan selanjutnya, ratusan orang mengikuti jalannya prosesi yangs sengaja menyusuri setiap jalan kampung. Barisan ini adalah warga yang mengikuti arak-arakan setelah dilewati arak-arakan ancak ini.Arak-arakan ancak dan Bantengan itu berakhir di sebuah tempat sejuk bernama sumber Macan. Sesuai dengan namanya, tempat ini merupakan sumber air terbesar yang ada di dusun itu. Sebuah pohon Beringin berukuran raksasa berdiri tegak mengayomi ribuan pengunjung yang hadir. Seperangkat gamelan mengiringi kedatangan arak-arakan itu dengan tembang jawa yang mengalun.Kegembiraan warga kembali muncul tatkala prosesi selanjutnya di tempat itu dimulai. Prosesi sederhana yang tak mengurangi makna dibalik pesta rakyat itu. Sang pemimpin desa hingga kecamatan dipersilahkan memberikan wejangan kepada sejumlah masyarakatnya. Lengkap dengan doa agar keselamatan senantiasa mengiringi aktivitas warga sehari-hari. Selama beberapa menit, wejangan dengan bahasa jawa halus menghentikan suara gemuruh para warga. Ratusan warga nampaknya tetap setia mendengarkan wejangan sang pemimpin desa. Wejangan yang dibacakan pemimpin desa berisikan tentang pesan-pesan moral kepada warga masyarakat agar selalu bersukur atas anugerah-Nya.Usai membacakan wejangan, prosesi selanjutnya yakni pembacaan babat tanah atau asal usul desa mereka. Di tengah-tengah warga yang mulai tak sabar berebut makanan, salah satu tokoh membacakan sebuah sejarah babat tanah Dusun Trawas. Prosesi itu seakan membelalakkan warga akan informasi yang selama ini tak pernah didapati. Dongeng bagaimana dusun itu dibabat hingga menjadi dusun yang berada di wilayah ketinggian itu.Warga mulai mendengarkan cerita babad dusun itu dengan penuh khidmad. Apalagi bagi mereka yang terbilang berusia muda. Maklum, beberapa anak muda tak sempat menonton tradisi ini semasa umurnya. Pelan-pelan mereka mulai mengerti siapa tokoh dibalik berdirinya dusun Trawas itu. Termasuk beberapa bangunan yang pernah menjadi penopang kehidupan warga setempat, yakni sumber Macan yang pernah menjadi mata air andalan untuk mencukupi kebutuhan irigasi.Menurut tokoh masyarakat, Purwadi, salah satu penggagas acara ini mengaku, tradisi ancak dan barikan itu sempat menghilang sejak 13 tahun silam. ’’Kali ini, warga ingin mengulangi tradisi syukuran itu,’’ ujarnya. Tradisi itu mati, lantaran penilaian syirik yang dialamatkan sejumlah tokoh atas tradisi ini. ’’Dulu memang dijadikan prosesi rutin setiap tahunnya, tapi karena ada larangan, kegiatan ini sempat dihentikan,’’ terangnya. Ia mengungkapkan, ini adalah tahun pertama sejak tradisi ini mati. ’’Kami mencoba menghilangkan stigma syirik di dalamnya. Dan tetap ada nuansa Islami,’’ terang Purwadi. Kali ini, semua warga Dusun Trawas ikut dilibatkan dalam sedekah massal itu. Contohnya adalah tiga ancak jajanan pasar dibuat oleh warga sendiri yang telah dikoordinir melalui Rukun Tetangga (RT). ‘’Sembilan RT membuat ancak dan lainnya urunan untuk pagelaran Bantengan yang memang disukai warga,’’ tambahnya.Selain menelusuri sejarah, dari tradisi ini juga diharapkan bisa mengurai benang kusut konflik diantara warga. Apalagi, warga baru saja menggelar pesta demokrasi bernama Pilkades. ‘’Ini sebagai momen penyatu warga. Karena semua dilibatkan dan diharapkan bisa rukun kembali,’’katanya.


Sumber: satriapena.blogspot.com


Post

Rasaman Nuralam, Sosok Dibalik Pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro










Dulu Pembalak Liar, Kini Pahlawan Kegelapan Desa Terpencil

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto dinilai mampu melayani kebutuhan listrik yang terus meningkat, terutama di daerah pedesaan. Pembuatan PLTMH tak lepas dari tangan Rasaman Nurahman. Bagaimana perannya?


AIRLANGGA, Trawas


SOSOK Rasaman sangat sederhana. Kesan itu terlihat saat menghadiri peresmian PLTMH di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto oleh Gubernur Jawa Timur, Soekarwo kemarin. Ia hanya mengenakan kaos berwarna putih dan celana kain berwarna hitam. Tidak lupa juga ia mengenakan sandal jepit khas jawa barat berwarna coklat.

 Selama acara berlangsung, Rasaman hanya duduk di kursi panjang yang ada di Taman PPLH Seloliman, tempat dilaksanakannya peresmian PLTMH. Dengan didampingi seorang temannya bernama Sumarna, 37, Rasaman tampak asii mendengarkan pidato Gubernur Jawa Timur yang saat itu sedang memuji alat pembangkit listrik yang berasal dari desanya.
Wajahnya tampak datar seolah-olah tidak ada yang perlu dibanggakan dari pria asal kampung Citambur, Desa Cibuluh, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat itu. Meski kenyataannya, pembangkit listrik sederhana yang diprakarsainya mampu menolong banyak orang yang tinggal di desa terpencil.


Tidak ada yang menyangka jika seorang lelaki dari daerah terpencil ini mampu memiliki ide untuk menciptakan pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Padahal, sebelumnya, ia tidak memiliki angan-angan sama sekali membuat PLTMH yang dapat membantu ratusan penduduk desa.
’’Saya baru datang hari Minggu kemarin dari Jawa Barat, dan sampai di sini untuk melihat peresmian PLTMH karena mendapat undangan,’’ terangnya saat ditemui koran ini. Dengan ramah, ia pun melayani koran ini dan beberapa wartawan yang saat itu ingin mendengar cerita bagaimana ia mampu memprakarsai dibuatnya pembangkit listrik secara swadaya ini.
Ia menceritakan, sebelum menjadi seorang konsultan dibuatnya PLTMH untuk desa terpencil, ia mengaku seorang garong atau dalam bahasa Indonesianya adalah pencuri. ’’Saya dulu memang seorang pencuri kayu di hutan dekat rumah saya,’’ ujarnya.
Memang, kawasan kawasan gunung simpang, tempat Rasaman tinggal adalah surga bagi para pembalak, pemburu dan perambah hutan, mereka dapat dengan bebas mengeruk kekayaan alam. Perbuatan mereka bahkan ditunggangi kepentingan para oknum petugas BKSDA yang meminta upeti kepada para pembalak dan pemburu bila tertangkap.
’’Tak hanya itu, mereka yang merambah pun dikutip bayaran sekitar Rp. 250.000 per hektare lahan yang digarap di dalam kawasan cagar alam,’’ bebernya. ’’Dulu, tiap hari sekitar 60 ekor burung saya tembak untuk dimakan’’ ujar ayah dari 3 anak tersebut.
Lelaki 39 tahun itu juga mengaku setidaknya 20 hari per bulan ia habiskan waktu untuk membabat hutan cagar alam. Berladang didalam kawasan pun dilakukannya, lengkaplah kejahatan rasman terhadap hutan. Bahkan, hampir seluruh warga tempat ia tinggal adalah pembalak hutan.
Diperkuat kedekatannya dengan oknum polisi hutan, pada tahun 1999 Rasaman mulai menggila dalam penebangan. Dengan ’’senjata’’ chainsaw-nya ia berkelana dari satu bagian hutan ke bagian hutan lain. Ia kerap kali diundang warga desa lain untuk membabat hutan cagar alam yang berdampingan dengan desa tersebut. Sesekali Rasaman juga menjadi orang suruhan sang oknum yang ingin memperkaya diri dengan cara merusak.
Penghasilannya dari membalak membuat Rasaman memiliki uang banyak namun keluarganya ditelantarkan. Hampir seluruh uang yang didapat dihabiskannya untuk berfoya-foya. Ia mulai mengenal minuman keras, bahkan nyaris tergoda oleh wanita lain. ’’Saya jarang pulang ke rumah, bahkan saya tidak pernah ingat anak istri kalau sudah pergi bersenang-senang,’’ ujarnya.
Uang jutaan rupiah dalam waktu singkat pun dapat dengan mudah ia dapatkan dari hasil mencuri kayu di hutan dekat tempat tinggalnya.
Pertengahan tahun 2000, Rasaman sempat mengalami musibah atas kejahatannya. Ia tertangkap tangan oleh warga yang tidak setuju atas penebangan liar yang dilakukannya.
Kepungan massa membuatnya tak berkutik, ia pun lalu digelandang ke balai desa dan diinterogasi. ’’ Saya ditangkap saat mencuri kayu hutan di Desa Neglasari, karena warga di sana tidak ada yang suka jika hutannya dicuri orang lain,’’ terangnya dengan logat sunda yang kental
Kejadian tersebut juga menyeret oknum polisi hutan yang menyuruhnya, hingga ia dan oknum yang menyuruh menjadi tahanan polisi selama 15 hari. ’’Zaman dulu, kalau ditahan bisa ditebus, kalau tidak salah saya nebus Rp 1 juta agar bisa bebas,’’ terangnya.
Tertangkapnya Rasaman menjadi titik balik, sepulang dari tahanan ia lalu menjual chainsaw yang selama ini setia menemani setiap kejahatan yang diperbuatnya. Rasaman bertekad untuk berubah dengan cara mencalonkan diri menjadi kepala dusun.
Masyarakat yang mengetahui latar belakang Rasaman mencibir, namun tak menghalangi niat Rasaman untuk berubah. Rasaman pun memenangkan pemilihan kepala dusun yang menjadi jalannya untuk mulai berubah.
Sejak menjadi kepala dusun, Rasaman memperbaiki perilakunya, ia bersungguh menjadi panutan bagi warga yang dipimpinnya. Tak hanya menjadi panutan, ia juga bertekad membayar dosanya dimasa lalu dengan cara aktif menyadarkan masyarakat dan menyelamatkan hutan. Ia lalu bergabung dengan sebuah LSM bernama Raksabumi yang membuat ia menjadi seperti sekarang.
’’Menyadarkan masyarakat di dusun saya memang tidak mudah, karena kebijakan saya itu, saya sampai dimusuhi separuh warga. Pendapatan saya dari warga sebesar 1,5 ton beras tiap tahunnya juga diancam tidak diberi,’’ ungkapnya.
Namun ancaman serta gertakan dari warganya tidak menghalangi niat Rasaman untuk mengubah perilaku warganya. Usahanya pun membuahkan hasil. Tiga tahun kemudian, banyak warga yang sudah memihak kepadanya. ’’Saya memang selalu memberikan pengarahan secara rutin, baik melalui pengajian, selepas salat Jumat, ataupun berbagai macam pertemuan lainnya,’’ terangnya. ’’Dsamping itu, semua berawal dari penelitian elang jawa yang dilakukan Yayasan Pribumi Alam Lestari (YPAL) pada sekitar tahun 1999, karena kepedulian merekalah akhirnya masyarakat daerah saya menjadi sadar,’’ ujarnya menambahkan.
Warga pun menilai langkah yang dilakukan Rasaman bisa memberikan dampak positif. Hingga akhirnya, tepat pada tahun 2004, Rasaman mendapatkan kesempatan dari warga sekitar dan LSM tempat ia bernaung untuk mengikuti pelatihan mesin teknik di PT Cihanjuang Inti Teknik yang berlokasi di Cimahi, Bandung. Dari situ, ia mendapat pengetahuan tentang teknik mesin termasuk pembuatan alat pembangkit listrik.
Satu minggu mendapat pelatihan, ia memulai untuk membuat pembangkit listrik sederhana bersama warga lainya. Dengan bantuan dana senilai Rp 300 juta dari GEF-SGP, pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) berhasil dibuat dan dapat menjangkau warga desa disekitarnya.
Semangat gotong royong dan kebersamaan mempermudah pelaksanaan pembangunan, semua warga berpartisipasi baik dalam perencanaan, pembangunan, hingga pemeliharaan sumber energi tersebut.
Keasyikan berbagi pengalaman dengan dunia luar, rasman merasa mulai melupakan kampung halamannya. Ia ingin kembali menjalankan tugas-tugas yang lama ditinggalkan, patroli hutan, pembibitan pohon dan penyadaran lingkungan. Ia kini aktif sebagai aktivis Raksabumi untuk membantu masyarakat desa terpencil mendapatkan listrik yang terjangkau


Post

Gunung Penanggungan



penanggunganGunung Penanggungan 1.653 m dpl, terletak di perbatasan Pasuruan dan Mojokerto. Jika anda melakukan perjalanan darat dari Surabaya menuju Malang, selepas keluar dari Jalan Tol Gempol, akan terlihat sosok Gunung Penanggungan dengan kondisi puncaknya yang tandus, terlihat seperti sosok Mahameru (puncak Gunung Semeru), sebagian menandainya sebagai miniatur Mahameru.

Dengan ketinggian sekitar 1.653 m dpl (meter dari permukaan air laut), puncak Gunung Penanggungan terdiri dari batuan cadas dan jarang ditumbuhi pepohonan, sehingga dari jauh terlihat botak. Secara administratif kawasan hutan gunung penanggungan berada pada wilayah perlindungan KPH Pasuruan.

Pada malam hari, udara di puncak berkisar sekitar 10 - 15 derajat sedangkan pada siang hari berkisar sekitar 15 - 25 derajat. Mengingat suhu seperti ini, maka untuk lebih amannya dari gangguan udara dingin, tiupan angin yang kencang dan hujan, para pendaki disarankan berlindung di dalam Gua Botol yang mampu menampung sekitar 15 orang. Gua ini baru saja diketemukan. Letaknya sekitar 500 m dari puncak Gunung Penanggungan menurun ke arah Barat. Pintu gua ada 2 buah. Satu lubang dari atas dapat tembus sinar matahari. Ruangan gua berbentuk L. Pintu menghadap ke Utara dan Selatan. Rongga gua lebih kurang 2 m.

gunung penanggungan

Dari kaki sampai lereng bawah Gunung Penanggungan berupa hutan lindung dengan jenis tanaman rimba seperti jempurit, kluwak, ingas, kemiri, dawung, bendo, wilingo dan jabon. Di bawah tegakan pohon-pohon raksasa ini, tumbuh tanaman empon-empon seperti kunir, laos, jahe dan bunga-bunga kecil. Lebatnya pepohonan menyebabkan udara di sini terasa lembab, sinar matahari tidak sepenuhnya menembus tanah. Sampai di lereng atas ditumbuhi cali-andra, yang bercam-pur dengan jenis Resap, Pundung dan Sono.Caliandra merah tampak men-dominasi, tumbuh lebat hampir menu-tup permukaan tanah, walaupun pertumbuhannya kerdil di tengah hamparan rumput gebutan. Demikian juga keadaan di puncak; hanya akar rumput gebutan yang mampu tumbuh menerobos kerasnya batuan padas Gunung Penanggungan.

Keadaan medan Gunung Penanggungan tidak berbeda dengan gunung-gunung lain : datar, landai, miring, berbukit dan berjurang. Di kaki gunung, keadaan medannya landai sampai sejauh 2 km. Naik ke atas kemiringannya berkisar 30 - 40 derajat. Di bagian perut gunung agak curam, berkisar 40 -50 derajat sepanjang 1 km. Sampai di dada gunung, banyak jurang-jurang dengan kemiringan berkisar 50 -60 derajat; tanahnya berbatu sepanjang 2 km dari dada, leher sampai puncak gunung. Medannya amat curam, berbatu, licin dan kemiringannya berkisar 60 -80 derajat sepanjang 1,5 km. sampai di puncak, batu-batu padas nampak di sana-sini. Di puncak terdapat lembah, barangkali semacam kawah yang sudah tidak aktif lagi. Luasnya sekitar 4 ha. Tempat ini biasanya dimanfaatkan untuk base camp. Tempat yang nyaman untuk menikmati keindahan pada malam hari.

Untuk mencapai puncak Gunung Penanggungan terdapat 4 (empat) arah pendakian yaitu via Trawas, Jolotundo, Ngoro dan via Pandaan. Bagi pendaki yang memilih start dari Desa Jolotundo dan Ngoro, di sepanjang jalan akan melewati candi-candi peninggalan purbakala. Yang memilih start dari Desa Trawas dan Pandaan hampir tidak menjumpai peninggalan purbakala.

1.Jalur Trawas

Untuk mencapai Trawas, dari Surabaya atau Dari Malang naik bis menuju Pandaan, naik lagi Minibus menuju ke Trawas. Selama perjalanan jalan yang dilalui sudah beraspal. Dari Desa Trawas,Mojokerto,kita menuju ke desa Rondokuning (6 km) dengan kendaraan roda 4 atau roda 2. Dari desa Rondokuning melewati jalan setapak hutan alam menuju \nke puncak Penanggungan dengan memakan waktu sekitar 3 jam. Sepanjang jalan, pendaki akan melihat pemandangan dari celah-celah lebatnya pohon kaliandra, puncak Gunung Bekel yang merupakan anak Gunung Penanggungan terlihat angker. Rumah-rumah penduduk, pabrik-pabrik, sawah-sawah terlihat di bawah.

2.Jalur Jolotundo

Untuk mencapai Jolotundo dari Trawas naik lagi minibus sekitar 9 Km. Desa Jolotundo merupakan salah satu desa yang berada dekat dengan puncak Gunung Penanggungan (6,5 Km). Pendakian lewat Jolotundo membutuhkan total waktu 3 jam. Perjalanan tidak melewati pedesaan, tetapi langsung menyusup ke dalam hutan alam. kemiringan medannya 40 derajat, melewati jalan setapak. Di kanan-kiri terdapat pohon-pohon besar. Hati-hati, di sekitar sini banyak jalan setapak yang menyesatkan.PPLH Seloliman

PPLH Seloliman Bila waktu memungkinkan, sempatkanlah mengunjungi PPLH Seloliman - Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Seloliman - yang terletak di Desa Seloliman Trawas. PPLH Seloliman, adalah Lemabaga Swadaya Masyarakat (NGO) yang bergerak pada penyadaraan masyarakat terhadap pentingnya wawasan lingkungan hidup melalui berbagai macam metode pendidikan. PPLH Seloliman juga menyediakan paket program ekowisata, salah satunya adalah pendakian gunung penanggungan, di pusat kampusnya juga terdapat cottage/bungalow yang disediakan untuk pengunjung. Saya sarankan anda membuat rencana kunjungan ke tempat ini sebagai salah satu paket wisata anda.

Setelah perjalanan memakan waktu 1 jam, hutan alam terlewati, berganti memasuki hutan caliandra yang amat lebat dengan jalan menanjak. Berjalan sekitar 30 menit pendaki melewati Batu talang, sebuah batu yang panjangnya 7 km tanpa putus, bersumber dari leher Gunung Penanggungan yang memanjnag seperti talang air menerobos hutan sampai ke Desa Jolotundo dan Desa Balekambang.

Dari Batu talang, terus menyusup hutan caliandra. Sekitar 300 m, sampailah di Candi Putri, sebuah candi peninggalan Airlangga yang berukuran 7x7x4 m dalam keadaan tidak utuh. Candi Putri ini dikelilingi oleh hutan caliandra yang sangat lebat. Dari Candi Putri, sekitar 200 m sampai di Candi Pure, yaitu sebuah candi yang berukuran 7x6x2 m terbuat dari batu andesit.

Dari Candi Pure, sekitar 150 m sampai di Candi Gentong. Disini terdapat meja. Candi gentong dan meja sebenarnya bukan candi, tetapi menurut masyarakat setempat dinamakan candi. Candi Gentong merupakan peninggalan kuno yang terbuat dari batu kali. Posisinya bersebelahan. Gentong terletak di sebelah Utara, meja terletak di sebelah selatan tetapi dalam 1 lokasi. Gentong berdiameter 40 cm bagian mulut dan 90 cm bagian perut, tebal 15 cm. Setengan badannya terpendam di dalam tanah. Sedangkan meja panjang 175 cm, lebar 100 cm dan tinggi 125 cm.

Setelah melewati Candi Gentong, perjalanan dilanjutkan menyusur ke atas. Lebih kurang berjalan 50 m sampai di Candi Shinto. Keadaan candi sangat memprihatinkan, panjang 6 m, lebar 6 m, tinggi 3 m, terletak di hutan wilayah RPH Seloliman. Setelah melewati hutan kurang lebih 300 m akan ditemui candi lagi, yaitu Candi Carik dan sekitar 300m Candi Lurah. Dan sampailah di puncak.

3.Jalur Ngoro

Untuk mencapai Ngoro bisa dari arah Pandaan atau dari Arah Mojokerto. Dari arah Pandaan naik minibus jurusan Ngoro sedangan dari arah Mojokerto naik minibus menju arah Ngoro. Desa Ngoro lebih mudah dicapai lewat Mojokerto karena terletak di tikungan jalan jurusan antara Japanan, Mojosari, Kabupaten Mojokerto; persisnya di kaki Gunung Penanggungan sebelah Utara. Dari desa Ngoro kita menuju ke desa Jedong (6Km) dengan kendaraan angkutan pedesaan lalu perjalanan di teruskan menuju dusun Genting sekitar 3 Km. Masyarakat Desa Genting Sebagaian Besar penduduknya suku Madura.

Dari dusun Genting, pendaki naik ke atas memasuki hutan lindung, melewati jalan setapak menyusur ke atas, kemudian menurun dan melewati Candi wayang dan sekitar 2 km menuju puncak dengan medan yang sangat mi\nring antara 70 - 80 derajat. Jalur lewat desa Ngoro ini lebih sulit dibandingkan dengan jalur desa Jolotundo.

4.Jalur Pandaan

Untuk mencapai Pandaan sangat mudah karena terletak di Jalan yang di lintasi Bis Malang - Surabaya.

Pemanduan dan Perijinan

Untuk melakukan pendakian ke Gunung Penanggungan terlebih dahulu minta ijin di KPH Pasuruan. Untuk mencari pemanduan ke Gunung Penanggungan bisa di cari di PPLH Seloliman dan di sini tersedia penginapan. Sebaiknya sebelum melakukan pendakian perbekalan harus di sediakan secara baik serta Peta dan kompas harus di bawa karena lereng gunung yang curam serta banyaknya jalan bercabang menyebabkan mudahnya kita tersesat


Post

Anda Penggemar Durian? Ke Trawas Saja!





Tidak sedikit yang menggemari buah durian, buah tropis yang tumbuh di sekitar katulistiwa. Dari dataran rendah hingga di ketinggian 800 m dpl (di atas permukaan laut) dan curah hujan yang disukai minimal 1.500 mm sepanjang tahun, pohon durian dapat tumbuh dengan subur.

Pusat keanekaragaman durian di dunia adalah di Pulau Kalimantan dan para ahli telah mencatat beberapa kultivar unggulan (hasil budidaya) antara lain Durian Petruk dari Jepara atau Bido Wonosalam dari Jombang.

Pohon ini akan mulai menghasilkan buah setelah 4 hingga 5 tahun., namun dengan teknik tertentu dapat dipersingkat. Setelah musim penghujan, ada periode 1 hingga 2 bulan kering, sehingga ini merangsang pembungaan pada durian.
Kelelawar berperan melakukan penyerbukan bunga durian pada malam hari, karena pada siang hari, bunga ini tertutup. Apa yang menarik kelelawar untuk mendekatinya? Ternyata para ahli meneliti, bunga ini menyebarkan aroma wangi yang berasal dari kelenjar nektar yang menarik kelelawar. Dapat dikatakan kelelawar sebagai penyerbuk utamanya.
Dan setelah berlalu 4 hingga 6 bulan, bunga tersebut berubah menjadi buah yang masak. Bila sudah masak benar buah durian akan jatuh dengan sendirinya. Seperti pepatah "mendapat durian runtuh", yang siap dinikmati.

Di Trawas, dengan curah hujan rata-rata 28.035 mm dan ketinggian 700m hingga 800m dpl. cocok untuk bertumbuhnya durian. Durian trawas Sangat khas dan berbeda dari durian di daerah lain (deskripsi singkat : biarpun buah tdk terlalu besar dan daging agak tipis alias biji besar, tp rasanya sangat manis legit)

Salah satu lokasi Sentra penjualan durian trawas ada di di pertigaan menuju Pacet, Trawas dan Mojosari, seperti dalam denah yang kami tampilkan. Disini kita tinggal memilih ukuran buah durian yang kita inginkan dari deretan penjual buah. Untuk meyakinkan bahwa buah yang kita pilih memang bagus, kita tinggal meminta penjualnya membuka buah durian pilihan kita itu di depannya, dengan perjanjian bila tidak bagus, pembelian dibatalkan. Biasanya penjual akan menjaga reputasinya dan setuju dengan usulan kita itu. Kalau sudah begini, kita tinggal menikmati lezatnya buah kegemaran kita!!

selain itu masih banyak lagi sentra penjualan durian di Trawas.. di sepanjang jalan menuju pusat wisata jolotundo berjejer-jejer penjual durian dekat sekali dengan kebunnya... dan kalau beruntung kita bisa dapat durian jatuh.... lho beneran durian jatuh.. durian jatuh dari pohonnya karena sudah matang sempurna.... wawawawawa ga kebayang neh yang ini....

Ya, bukankah kita tidak perlu terlalu risau bila tiba musim durian, kita nikmati saja di pusat penjualan durian di Trawas.....

by: NAsyih Aris
sumber; vila-rukmini.blogspot.com
jalan-sutra


Post

PPLH SELOLIMAN


Yup anak2 trawas/.. pastinya tahu dong kalau di trawas ada Pusat Penelitian lingkungan hidup bertaraf Dunia....


yup anda BENAR itu adalah PPLH seloliman....

Aku pernah kesana saat SMA dikirim sekolahku untuk ikut pelatihan penulaisan ilmiah nasional disana...

benar2 keren... yup next silahkan disimak sejarahnya...



Sejarah Pendirian PPLH





Sejarah pendirian PPLH berawal dari keprihatinan para aktifis lingkungan terhadap kerusakan hutan habitat orang utan di Gunung Leuzer, Sumatera Utara. Mereka khawatir bila kondisi itu tidak diatasi maka populasi orang utan yang ada di daerah tersebut akan punah. Bersama Dirjen Kehutanan dan WWF, para aktifis itu kemudian membuat proyek rehabilitasi hutan gunung Leuser itu. Berkat kegigihan dan kerja sama yang baik, akhirnya orang utan di sana dapat diselamatkan. Dari kegiatan tersebut, mereka menyimpulkan bahwa kerusakan hutan itu lebih disebabkan ulah manusia.
Untuk menindaklanjuti kegiatan ini, pada tanggal 12 Januari 1978 para aktifis lungkungan membentuk Yayasan Indonesia Hijau yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan. Mulai tahun 1980-an para aktivis lingkungan yayasan yang berpusat di Bogor ini gencar mengadakan pendidikan lingkungan ke sekolah-sekolah, ormas dan masyarakat umum. Sayangnya, hasil pendidikan yang dilakukan secara berkeliling ini tidak maksimal karena kuantitas pertemuanya sangat sedikit. “Bayangkan, seorang siswa hanya mendapat kesempatan bertemu dengan kami sekali seumur hidup. Itupun hanya dua jam. Bagaimana mungkin mengharapkan dia bisa mempunyai pengetahuan dan kesadaran yang mendalam dengan pola pendidikan semacam itu.


Post

CANDI JOLOTUNDO






Candi Jolotundo terletak di lereng utara gunung Penanggungan, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas. Jarak dari Kota Mojokerto + 30 km, dapat dicapai dengan kendaraan pribadi roda 2 maupun roda 4.


Candi jootundo merupakan bangunan pertitaan yang dibuat pada zaman Airlangga (Kerajaan Kahuripan). Berukuran panjang 16.85 m, lebar 13.52 m, dan kedalaman 5.20 m. terbuat dari batu andesit yang dipahat halus. Dua data sejarah yang sangat penting yang berhubungan dengan kepurbakalaan ini adalah angka 997 M yang dipahatkan disebelah kanan dan tulisan Yenpeng di sebelah kiri diniding belakang.


Post

KAWASAN WISATA TRAWAS



Trawas adalah lembah yang diapit oleh dua gunung, yaitu Gunung Welirang dan Penanggungan. Memasuki kawasan lembah ini kita akan disuguhi keindahan bentangan alam dan kenyamanan udara pegunungan yang sejuk segar. Dan di sela-sela keindahan alamnya itu tersimpan puluhan situs purbakala dari masa Mojopahit dan Airlangga yang menjadi saksi sejarah perjalanan sebuah bangsa.


Sejak awal dekade 80-an kawasan Trawas telah menjadi incaran investor dan orang-orang kaya kota untuk dijadikan tempat peristirahatan/ villa dan hotel. Dan dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun kemudian puluhan hotel, kompleks villa dan berbagai sarana rekreasi keluarga telah menghiasi lembah subur yang indah itu, bergandengan secara harmonis dengan perkampungan penduduk dan hamparan sawah warga desa. Hijau hamparan sawahnya berpadu dengan teduh pepohonan hutan dan benderang lampu hotel, villa dan rumah warga menghiasi lereng-lereng gunungnya.


Post

kesan pertama

hei all trawassian... aka arek trawas.....

blog ni dibuat untuk menindak lanjuti GROUP WONG TRAWAS SAE yang sudah eksis di facebook.....

So segala informasi bisa dilihat dan dikeluarkan ga harus masuk group facebook dulu.... bisa di "googling" dll......

yo arek2 trawas... yang lahir di trawas.. yang tumbuh besar di trawas... yang tinggal di trawas... yang cinta trawas...

ayo berbagi ilmu, wawasan, informasi, pengetahuan, harta, darah, dan airmata demi trawas tercinta.......

Salam Cinta

Nasyih Aris